penjelasan detail tentang paradigma ( filsafat ilmu )


PARADIGM ( Paradigma )


Peleburan dari bahasa Yunani dengan sebutan awal paradeigma memiliki arti ‘bersebelahan’, membandingkan atau memperlihatkan. Secara singkat paradigm dapat diartikan sebagai konsep, praktik, nilai atau asumsi dalam melihat suatu realitas di sebuah kejadian dalam suatu komunitas kehidupan atau realitas. Kata paradigma ini menjadi asing didengar karena memang jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari namun lebih pada penggunaannya dalam menjelaskan suatu fenomena sebagai tahapan dalam mencapai suatu teori yang diterapkan dalam kehidupan.Paradigma menurut Friedrichs diartikan sebagai sekumpulan nilai yang dapat membentuk suatu pola pikir pada seseorang yang dapat menuntun orang tersebut untuk dapat menangani sebuah realita.

Contoh atau Macam Paradigma


1.      Paradigma rekonstruksi teori
Paradigma ini didasarkan pada rancangan kembali suatu teori atau pun metode yang telah tersedia dan kembali digunakan dalam penelitian baru namun tetap teori atau metode lama tersebut harus bersifat relevan agar ada kesinambungan yang jelas.
2. Paradigma piramida
Sesuai dengan namanya, paradigma ini memiliki metode atau konsep bertahap sebagaimana piramida dengan banyak macam mulai dari piramida terbalik, berlapis hingga ganda.
3. Paradigma kualitatif
Paradigma kualitatif ini mungkin tidak asing bagi para mahasiswa dengan tugas atau skripsi menggunakan metode kualitatif dimana paradigma digunakan sebagai pandangan awan para pembuat makalah atau skripsi sebagai acuan untuk menentukkan teori apa yang akan digunakan. Intinya paradigma ini digunakan untuk mencari gambaran teori sosial melalui metode induktif.
4. Paradigma siklus empiris
Paradigma siklus empiris ini memang berwujud sebuah siklus dalam menjelaskan suatu fenomena ilmiah.
5. Paradigma deduksi-induksi
Paradigma ini difokuskan pada metode kualitatif untuk deduksi sementara kuantitatif untuk induksi dengan tahapan dari pengumpulan data hingga kesimpulan.

 

NORMAL SCIENCE

“ilmu normal” adalah kegiatan penelitian yang secara teguh berdasarkan satu atau lebih pencapaian ilmiah (scientific achievements) di masa lalu, yakni pencapaian-pencapaian yang oleh komunitas atau masyarakat ilmiah bidang tertentu pada suatu masa dinyatakan sebagai pemberi landasan untuk praktek selanjutnya. Selanjutnya ia mengatakan bahwa ilmu normal memiliki dua ciri esensial:
1.   Pencapaian ilmiah itu cukup baru sehingga mampu menarik para pemraktek ilmu dari berbagai cara lain dalam menjalankan kegiatan ilmiah; maksudnya dihadapkan pada berbagai alternatif cara menjalankan kegiatan ilmiah, sebagian besar pemraktek ilmu cenderung memilih untuk mengacu pada pencapaian itu dalam menjalankan kegiatan ilmiah mereka.
2.  Pencapaian itu cukup terbuka sehingga masih terdapat berbagai masalah yang memerlukan penyelesaian oleh pemraktek ilmu dengan mengacu pada pencapaian-pencapaian itu.


Ilmu normal bekerja berdasarkan paradigma yang dianut atau yang berlaku. Karena itu, pada dasarnya penelitian normal tidak dimaksudkan untuk pembaharuan besar, melainkan hanya untuk mengartikulasi paradigma itu. Kegiatan ilmiah ilmu normal hanya brtujuan untuk menambah lingkup dan presisi pada bidang-bidang yang terhadapnya paradigma dapat diaplikasikan. Jadi ilmu normal adalah jenis kegiatan ilmiah yang sangat restriktif. Keuntungannya adalah bahwa kegiatan ilmiah yang demikian itu dapat sangat mendalam dan cermat.


Dalam keangka ilmu normal, para ilmuan biasanya bekerja dalam kerangka  seperangkat aturan yang sudah dirumuskan secara jelas berdasarkan paradigma dalam bidang tertentu, sehingga pada dasarnya solusinya sudah dapat diantisipasi terlebih dahulu.karena itu kegiatan ilmiah dalam kerangka ilmu normal adalah seperti  kegiatan “puzzle solving”. Implikasinya adalah bahwa kegagalan menghasilkan suatu solusi terhadap masalah tertentu lebih mencerminkan tingkat kemampuan ilmuan ketimbang sifat dari masalah yang bersangkutan atau metode yang digunakan.
Walaupun ilmu normal itu adalah kegiatan kumulatif (menambah pengetahuan) dalam bidang yang batas-batasnya ditentukan oleh paradigma tertentu, namun dalam perjalanan kegiatannya dapat menimbulkan hasil yang tidak diharapkan. Maksudnya, dalam kegiatan ilmiah itu dapat timbul penyimpangan, yang oleh kuhn disebut anomali. Terbawa oleh sifatnya sendiri, yakni oleh batas-batas yang ditetapkan oleh paradigma, ilmu normal akan mendorong para ilmuan pemrakteknya menyadari adanya anomali, yakni hal baru atau pertanyaan yang tidak ter”cover” atau terliputi oleh kerangka paradigma yang bersangkutan, yang tidak terantisipasi berdasarkan paradigma yang menjadi acuan kegiatan ilmiah. Adanya anomali merupakan prasyarat bagi penemuan baru, yang akhirnya dapat mengakibatkan perubahan paradigm
a

EXEMPLARS


Paradigma eksemplar dijelaskan Kuhn sebagai serangkaian ilustrasi berulang berupa quasi-standar dalam beragam teori ilmiah dalam tataran konseptual, observasional dan aplikasi instrumentalnya. Hal tersebut merupakan paradigma suatu komunitas yang berlaku dalam buku-buku, ceramah dan penelitian laboratorium.
Paradigma ini mengacu kepada pencapaian konkret dalam keilmuan tertentu, misalnya teori mekanika dan gravitasi Newton, teori heliosentrisnya Copernicus dan teori elektrisitasnya B. Franklin. Pencapaian ini menjadi contoh atau model ilmu pengetahuan. Para ilmuwan yang mendasarkan diri pada model ini berarti mengikatkan diri pada standar dan kaidah-kaidah paradigma tertentu, memiliki komitmen untuk memajukan paradigma tersebut dan menjaga kesinambungan dengan tradisi riset yang dikenal dalam paradigma keilmuan tersebut
“eksemplar” untuk “paradigma” yang berarti masalah dan solusi yang dipelajari oleh para siswa dari awal pendidikan mereka. Misalnya fisika yang mungkin memiliki teori bidang miring, hukum gerak planet, atau instrument seperti kalorimeter. Menurut Kuhn, praktik ilmiah bergantian antara periode ilmu normal dan ilmu revolusioner. Selama periode normal, para ilmuan cenderung untuk berlangganan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, metode, dan asumsu yang mempentuk paradigma. Ilmu pengetahuan normal menyajikan serangkaian masalah yang dipecahkan saat para ilmuan menjelajahi bidang mereka. Solusi untuk beberapa masalah ini menjadi terkenal dan merupakan eksemplar lapangan. Mereka yang mempelajari disiplin ilmu diharapkan untuk mengetahui eksemplarnya. Tidak ada set eksemplar yang tetap, tetapi untuk fisikawan hari ini mungkin akan menyertakan osilator harmonik dari mekatronika dan atom hidrogen dari mekanika kuantum. eksemplar (exemplar) adalah masalah yang dipelajari beserta cara penyelesaiannya.

ANOMALIES

Meskipun paradigma menjanjikan solusi atas berbagai permasalah yang ada, tetapi adakalanya sebuah permasalahan baru muncul dan tidak menemukan solusi dalam paradigma tersebut. Pada awalnya, para ilmuwan masih berusaha untuk mencari jawaban dalam kerangka paradigma yang ada. Ketika hal tersebut tidak juga membuahkan hasil, krisis akan muncul dalam komunitas ilmiah. Asumsi-asumsi mendasar dari paradigma mulai dipertanyakan. Terjadi sebuah kompetisi yang serupa dengan kondisi di tahap pre-paradigmatic. Kelompok pemikiran saling berkompetisi untuk menemukan strategi untuk memecahkan masalah tersebut. Di tahap tersebut permasalahan baru yang tidak terjawab oleh normal science menjadi anomali.
Ketika paradigma direntangkan sampai batasnya, anomali kegagalan paradigma untuk memperhitungkan fenomena yang diamati. Beberapa anomali dapat dianggap sebagai kesalahan dalam observasi, yang lain hanya membutuhkan sedikit penyesuaian terhadap paradigma yang ada pada saat ini. Beberapa anomali dapat diselesaikan secara spontan setelah meningkatkan wawasan yang ada di sekitar kita. Namun tidak peduli seberapa hebat atau banyak anomali yang bertahan, Kuhn mengamati bahwa para ilmuan yang terus berlatih tidak akan kehilangan kepercayaan pada paradigma yang ada sampai alternatif dari paradigma itu tersedia.

PARADIGM IN CRISIS

Dalam wilayah normal science, seringkali ada permasalahan yang tidak terselesaikan dan banyak diantaranya amat penting menurut asumsi ilmuwan. Yang pada akhirnya akan muncul keganjilan, ketidaksepakatan dan penyimpangandari hal-hal yang biasa. Maka oleh Kuhn situasi ini disebut anomali. Jika anomali semakin banyak, hingga suatu komunitas ilmiah mengumpulkan data-data yang tidak sejalan dengan pandangan paradigma mereka, serta mulai mempersoalkan kesempurnaan paradigmanya, maka semenjak itu ilmu tesebut masuk dalam masa krisis. Biasanya krisis ini timbul setelah mengalami sains normal dalam waktu yang lama, dan hal ini merupakan suatu fase yang harus dilewati untuk menuju kemajuan ilmiah. Karena adanya krisis, suatu komunitas ilmiah akan berusaha menyelesaikan krisis tersebut, hal inilah yang disebut proses sains luar biasa. Pada proses sains luar biasa ini, komunitas ilmiah akan dihadapkan pada dua pilihan, apakah akan kembali pada cara-cara lama atau berpindah pada sebuah paradigma baru, jika memilih yang kedua maka terjadilah apa yang disebut Kuhn “Revolusi Sains”.
Revolusi sains merupakan episode perkembangan non-komulatif, dimana paradigma lama diganti sebagian atau seluruhnya dengan paradigma baru yang bertentangan. Oleh karena itu menurut Kuhn perkembangan ilmu itu tidak secara komulatif atau evolusioner, tetapi secara revolusioner yakni membuang paradigma lama dan mengambuil paradigma baru yang berlawanan. Paragigma baru tersebut dianggap dan diyakini lebih dapat memecahkan masalah untuk masa depan. Melalui revolusi sains inilah menurut Kuhn revolusi akan terjadi.
Apabila paradigma baru dapat diterima dan dapat bertahan dalam kurun waktu tertentu, maka ilmu tersebut akan menjadi ilmu normal yang baru, dan kemungkinan akan ditemukan anomali-anomali dan terjadi krisis baru begitu seterusnya. Menurutnya tidak ada paradigma yang sempurna dan terbebas dari kelainan-kelainan. Sehingga konsekuensinya ilmu harus mengandung suatu cara untuk mendobrak keluar dari satu paradigma ke paradigma lain yang lebih baik, inilah fungsi revolusi.

EXTRAORDINARY SCIENCE


Pada masa ini, ilmu penetahuan, baik dalam contoh praktik ilmiah (eksemplar) maupun matriks-matriks disipliner tidak dapat lagi diandalkan dalam memecahkan persoalan yang muncul. Munculnya masalah yang sangat krusial dan tak terpecahkan, tidak hanya membuat para ilmuwan menjadi kebingungan, namun ia juga melahirkan krisis dalam suat komunitas ilmiah. Mulai saat itulah mereka mulai mempertanyakan paradigma yang berlaku selama ini.
Dalam pandangan Kuhn, pada gilirannya, akan muncul suatu “kekerasan alamiah” yang akan mengguncang ekspektasi paradigma yang sedang berlaku di suatu komunitas ilmiah selama masa praktis sains normal. Meski demikian, menurut James A. Marcum, anomali pada dasarnya tidak memfalsifikasi paradigma, ia hanya sebatas meragukan ekspektasinya dalam menjawab persoalan ilmiah yang muncul.
Setelah bermunculan banyak anomali, dalam komunitas ilmiah akan bermunculan kelompok-kelompok ilmuwan yang saling bersaing dalam membentuk strategi-strategi untuk memecahkan masalah yang sedang mereka hadapi. Di sini terjadi persaingan yang serius, karena taruhannya adalah bahwa siapa yang menang menentukan keberlakuan suatu paradigma. Masa inilah yang disebut Kuhn sebagai periode kekacauan profesional (a periode of pronounced proffesional insecurity) atau dalam kata lain disebut juga dengan masa krisis.
Krisis tersebut merupakan hasil hasil dari rusaknya paradigma dan ketidakmampuannya untuk memberikan penyelesaian terhadap seluruh atau sebagian teka-teki ilmiah. Masyarakat ilmiah kemudian akan mempertenyakan kredibilitas sebuah paradigma dalam membimbing penelitian ilmiah. menurut James A. Marcum, kakteristik utama dalam masa krisis ini ditandai dengan adanya proliferasi teori. Namun sekali lagi, Kuhn menekankan bahwa respon masyarakat pada masa krisis ini tidak sampai pada titik meninggalkan paradigma. Melainkan berusaha mencari solusi untuk mengatasi anomali yang ada dalam rangka mempertahankan penggunaan paradigma yang berlaku.
Pada masa ini, akan terlahir sains yang bersifat luar biasa (extraordinaty science). Menurut Kuhn, seorang extraordinary scientist adalah adalah seseorang yang melakukan penelitian secara acak, bereksperiman hanya untuk melihat apa yang akan terjadi setelahnya, mencari efek yan secara alamiah tak bisa tertebak olehnya. Ilmuwan dalam masa krisis akan terus mencoba untuk menghasilkan spekulatsi teori yang,  jika berhasil, maka ia akan membuka jalanmenuju paradigma baru dan jika tidak,  ia dapat menyerah dengan sangat mudah.
Di tengah persaingan masa krisis, salah satu aliran pemikiran yang muncul akan bisa mengatasi masalah-masalah sains dan kemudian mampu menggeneralisasi serta menjanjikan masa depan penelitian ilmiah yang lebih baik. Pada titik inilah extraordinari science kembali menjadi normal science. Perubahan tersebut merupakan titik klimaks dari revolusi ilmu pengetahuan.

PARADIGM SHIFT

Menurut Thomas Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific Revolutions (1962), pergeseran paradigma adalah perubahan asumsi dasar atau paradigma dalam sains. Menurutnya, "paradigma adalah apa yang diyakini oleh anggota komunitas ilmiah" (The Essential Tension, 1977). Paradigma tidak terbatas kepada teori yang ada, tetapi juga semua cara pandang dunia dan implikasinya. Revolusi ilmiah berlangsung ketika ilmuwan menemukan keganjilan yang tak dapat dijelaskan oleh paradigma mereka saat itu.
Pergeseran paradigma epistemologis disebut revolusi ilmiah oleh epistemologist dan sejarawan sains Thomas Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific Revolutions.
Sebuah revolusi ilmiah terjadi, menurut Kuhn, ketika para ilmuwan menemukan anomali yang tidak dapat dijelaskan oleh paradigma universal diterima dalam mana kemajuan ilmiah tambahan telah dibuat. Paradigma, dalam pandangan Kuhn, tidak hanya teori saat ini, tetapi keseluruhan pandangan dunia di mana ia ada, dan semua implikasi yang datang dengan itu. Hal ini didasarkan pada fitur dari lanskap pengetahuan bahwa para ilmuwan dapat mengidentifikasi sekitar mereka. Ada anomali untuk semua paradigma, Kuhn dipertahankan, yang mengusap sebagai tingkat yang dapat diterima kesalahan, atau hanya diabaikan dan tidak ditangani dengan (argumen utama Kuhn menggunakan untuk menolak Model Karl Popper tentang falsifiability sebagai kekuatan kunci yang terlibat dalam perubahan ilmiah). Sebaliknya, menurut Kuhn, anomali memiliki berbagai tingkat signifikansi kepada praktisi ilmu pengetahuan pada saat itu. Untuk meletakkannya dalam konteks fisika awal abad ke-20, beberapa ilmuwan menemukan masalah dengan perihelion Merkurius menghitung lebih mengganggu daripada Michelson-Morley hasil percobaan, dan beberapa jalan lain di sekitar. Model Kuhn tentang perubahan ilmiah berbeda di sini, dan di banyak tempat, dari yang dari positivis logis dalam hal ini menempatkan penekanan ditingkatkan pada manusia individu yang terlibat sebagai ilmuwan, bukan abstrak ilmu pengetahuan menjadi sebuah usaha murni logis atau filosofis. Ketika anomali cukup signifikan telah diperoleh terhadap paradigma saat ini, disiplin ilmu dilemparkan ke dalam keadaan krisis, menurut Kuhn. Selama krisis ini, ide-ide baru, mungkin yang sebelumnya dibuang, diadili. Akhirnya sebuah paradigma baru terbentuk, yang pengikutnya sendiri keuntungan baru, dan “pertempuran” intelektual terjadi antara para pengikut paradigma baru dan terus-beluk paradigma lama. Sekali lagi, untuk awal fisika abad ke-20, transisi antara elektromagnetik Maxwell pandangan dunia dan pandangan dunia relativistik Einstein bukanlah seketika atau tenang, dan malah terlibat satu set berlarut-larut “serangan,” baik dengan data empiris serta argumen retoris atau filosofis, oleh kedua sisi, dengan teori Einstein menang dalam jangka panjang. Sekali lagi, menimbang bukti dan pentingnya data baru yang masuk melalui saringan manusia: beberapa ilmuwan menemukan kesederhanaan persamaan Einstein untuk menjadi yang paling menarik, sementara beberapa menemukan mereka lebih rumit daripada gagasan eter Maxwell yang mereka dibuang. Beberapa foto Eddington menemukan cahaya lentur di sekitar matahari akan menarik, beberapa mempertanyakan akurasi dan makna. Kadang-kadang gaya meyakinkan hanya waktu itu sendiri dan korban manusia yang diperlukan, Kuhn mengatakan, menggunakan kutipan dari Max Planck: “kebenaran ilmiah baru tidak kemenangan dengan meyakinkan lawannya dan membuat mereka melihat cahaya, melainkan karena lawan pada akhirnya mati, dan generasi baru tumbuh yang akrab dengan itu “.
Setelah disiplin yang diberikan telah berubah dari satu paradigma ke paradigma lain, ini disebut, dalam terminologi Kuhn, revolusi ilmiah atau pergeseran paradigma. Hal ini sering kesimpulan akhir, hasil dari proses panjang, yang dimaksudkan ketika pergeseran paradigma istilah yang digunakan bahasa sehari-hari: hanya perubahan (sering radikal) dari pandangan dunia, tanpa mengacu pada kekhususan argumen sejarah Kuhn.           

INCOMMENSURABILITY

Incommensurability adalah sebuah pemikiran yang mengatakan bahwa perubahan suatu teori tidak dapat menghakimi teori yang lama lebih baik/buruk dari teori yang baru, hal itu hanya cukup dikatakan berbeda. konsep dan teori ilmiah satu dan yang lain tidak bisa ditranslasikan.  Term ilmiah memiliki makna tersendiri berdasarkan teori yang menyertainya. Seperti pada kata ‘massa’ dalam teori Newton dan teori Einstein memiliki makna berbeda. Oleh karena itu, term ilmiah tidak memiliki makna dan arti yang jelas dan pasti. Pada reference incommensurability, term ilmiah yang sama bisa saja merujuk pada dua hal yang berbeda. Misal term ‘atom’ dideterminasi arti dan rujukannya oleh teori yang menyertainya. Apabila ada teori lain yang membahas tentang ‘atom’ juga, maka term tersebut merujuk pada hal yang berbeda pula tergantung teorinya. Oleh karena itu, tidak hanya satu cara dalam memahami dunia dan dunia yang kita hidupi bagaikan artefak dari teori-teori yang kita buat tentangnya. Kuhn menyebutkan “ketika paradigma berubah, dunia juga berubah”.  Perbedaan bahasa dengan perbedaan teori berkorespondensi dengan dunia yang berbeda. Setiap paradigma menempati dunia yang berbeda.

 

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *