Geologi Daerah Paningkaban dan Sekitarnya, Kecamatan Gumelar, Ajibarang dan Lumbir, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah


Geologi Daerah Paningkaban dan Sekitarnya, Kecamatan Gumelar,
Ajibarang dan Lumbir, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. 










Penelitian ini dilakukan
oleh :


1.        
Nama            :Arief Wicaksono,S.T


2.        
Alumni         :
STTNAS Yogyakarta


3.          
Koordinat   : 07o21'34.1" LS-07o27'1.2" LS 108o57'42.2" BT-109o03'39.3"BT


4.        
Tahun           :
2017




Daerah Penelitian



GEOLOGI DAERAH PENELITIAN



A. GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN


Geomorfologi daerah penelitian didominasi oleh perbukitan yang berlereng miring -
curam dari relatif berarah Timurlaut Baratdaya dan Baratlaut
Tenggara,
dengan tingkat pengerosian
lemah
kuat.






Secara
umum bentang
alam dikontrol oleh faktor
litologi, struktur
geologi dan proses erosiBerdasarkan  faktor  - faktor  tersebut  dengamenggunakan
klasifikasi Van Zuidam (1983)
maka pada daerah penelitian ini dapat dibedakan
menjadi 4 satuan bentuk asal (vulkanik, struktur, karst, fluvial), dan 8 satuan
bentuk lahan,
yaitu :


1.    Satuan bentuklahan Perbukitan Vulkanik (V1)





2.    Satuan bentuklahan
Dataran
Vulkanik
(V2)





3.    Satuan bentuklahan Perbukitan Antiklinal (S1)





4.    Satuan bentuklahan Lembah
Sinklinal (S2)





5.    Satuan bentuklahan Lereng Lembah
Sinklinal (S3)





6.    Satuan bentuklahan Lembah
Sesar
(S4)





7.    Satuan bentuklahan Lereng
Karst (K1)





8.    Satuan bentuklahan Dataran Fluvial
(F1)





1.     Satuan
Bentuklahan Perbukitan Vulkanik (V1)






















































Satuan bentuklahan perbukitan vulkanik ini menempati 15% dari total
keseluruhan
luasan
daerah penelitian dan
relatif berada pada bagian Baratdaya daerah penelitian. Morfologi berupa perbukitan memanjang bergelombang sedang
perbukitan memanjang bergelombang kuat dengan pola lereng relatif mengarah
Baratlaut Tenggara, dengan kemiringan lereng 16% - 35% (Van Zuidam, 1983), mempuyai relief 125
475 mdpl, bentukan lembah
V, dengan pola pengaliran
paralel.
Secara morfogenesa satuan
bentuklahan ini dipengaruhi oleh resitensi batuan yang tersusun atas litologi lava yang memiliki
resistensi sedang sampai
kuat terhadap proses pelapukan dan erosi, serta kedudukan batuan.





2.    
Satuan Bentuklahan
Dataran Vulkanik (V2)









Satuan bentuklahan dataran vulkanik ini menempati 5% dari
total keseluruhan
luasan daerah penelitian dan
relatif berada pada bagian
Timurlaut
daerah penelitian. Morfologi berupa dataran bergelombang landai miring
dengan pola lereng
relatif hampir mengarah Barat Timur, dengan kemiringan lereng 2% - 8%
(Van Zuidam,
1983), mempuyai relief 100
125 mdpl, bentukan
lembah
V, dengan pola pengaliran
paralel. Secara morfogenesa satuan
bentuklahan ini dipengaruhi oleh tingkat pengerosian atau peapukan dan resitensi
batuan yang tersusun atas litologi batupasir dan breksi dengan resistensi lemah sampai sedang.


3.    
Satuan Bentuklahan
Perbukitan
Antiklinal (S1)




Satuan bentuklahan perbukitan antiklinal ini menempati 18%   
dari total keseluruhan luasan daerah penelitian dan relatif berada pada bagian Utara
- Selatan daerah penelitian. Morfologi berupa perbukitan bergelombang sedang – kuat dengan kelerengan agak curam
curam serta arah lereng berpola mengarah
relatif hampir mengarah Utara Selatan,
dengan kemiringan lereng
16% - 35% (Van Zuidam, 1983), mempuyai relief
175
– 400 mdpl, bentukan
lembah
V, dengan
pola
pengaliran rectangular.
Secara morfogenesa satuan bentuklahan
ini
dipengaruhi resitensi batuan yang tersusun atas litologi batupasir, batulempung,
dan breksi, kedudukan
batuan, dan struktur
geologi (sesar, kekar ataupun lipatan).


4.    
Satuan Bentuklahan
Lembah Sinklinal (S2)




Satuan bentuklahan lembah
sinklinal ini menempati 14%   dari total
keseluruhan luasan daerah penelitian dan relatif berada pada bagian Utara Selatan dan Timur daerah penelitian. Morfologi berupa lembah bergelombang sedang kuat dengan kelerengan miring -
agak curam serta arah lereng
berpola mengarah relatif hampir mengarah Utara Selatan dan Barat Timur,
dengan kemiringan lereng 8% -
35% (Van Zuidam, 1983), mempuyai relief 100
300 mdpl, bentukan lembah V -
U, dengan pola pengaliran rectangular. Secara
morfogenesa satuan bentuklahan ini dipengaruhi resitensi batuan yang
tersusun atas litologi batupasir, batulempung, dan breksi, kedudukan
batuan, dan struktur geologi (sesar,
kekar
ataupun lipatan).


5.    
Satuan Bentuklahan
Lereng Lembah Sinklinal (S3)


Satuan bentuklahan lereng
lembah sinklinal ini menempati 11%
dari
total keseluruhan luasan daerah penelitian dan relatif berada pada bagian Timur daerah
penelitian
Morfologi berupa lembah bergelombang
sedang kuat dengan
kelerengan agak curam - curam serta arah lereng berpola mengarah relatif hampir mengarah Barat Timur, dengan kemiringan lereng 16% - 35% (Van Zuidam,
1983), mempuyai relief 200 – 375 mdpl, bentukan
lembah V -
U, dengan pola
pengaliran rectangular. Secara morfogenesa satuan
bentuklahan ini dipengaruhi
resitensi batuan
yang tersusun atas litologi batupasir, dan breksi, kedudukan batuan, dan
struktur
geologi (sesar, kekar ataupun lipatan).


6.    
Satuan Bentuklahan
Lembah Sesar (S4)




Satuan bentuklahan
lembah
sesar
ini menempati 8%
dari total keseluruhan luasan daerah
penelitian
dan relatif berada pada bagian Timurlaut daerah penelitian.
Morfologi berupa lembah bergelombang
sedang
kuat dengan
kelerengan agak curam - curam serta arah lereng berpola mengarah relatif hampir mengarah Utara - Selatan, dengan kemiringan lereng 16% - 35% (Van Zuidam,
1983), mempuyai relief 200 – 425 mdpl, bentukan
lembah V -
U, dengan pola
pengaliran rectangular. Secara morfogenesa satuan
bentuklahan ini dipengaruhi
oleh
struktur geologi (sesar), resitensi batuan yang tersusun atas litologi batupasir, dan
breksi, kedudukan batuan.


7.     Satuan Bentuklahan
Lereng Karst (K1)




Satuan bentuklahan lereng
karst ini menempati 7%   dari total
keseluruhan luasan daerah penelitian dan relatif berada pada bagian Timur daerah
penelitian. Morfologi berupa lembah bergelomang sedang kuat dengan kelerengan agak curam - curam serta arah lereng berpola mengarah relatif hampir mengarah Barat Timur, dengan kemiringan lereng 16% - 35% (Van Zuidam,1983),
mempuyai relief 100
500 mdpl,
bentukan lembah V - U, dengan pola pengaliran rectangular. Secara morfogenesa satuan bentuklahan
ini
dipengaruhi
oleh
resitensi batuan yang tersusun atas litologi batugamping, dan struktur geologi (sesar, kekar, ataupun lipatan).


8.    
Satuan Bentuklahan
Dataran Fluvial  (F1)


Satuan
bentuklahan
dataran
aluvial ini menempati 5% dari total keseluruhan luasan daerah
penelitian dan
relatif
berada pada bagian Tenggara daerah penelitian
Morfologi berupa dataran bergelombang lemah
dengan kelerengan landai lereng berpola mengarah relatif
hampir mengarah Tenggara Baratlaut,
dengan kemiringan lereng 2% - 4% (Van Zuidam, 1983), mempuyai relief 10
-50  mdpl,  bentukan  lembah
 U,  dengan  pola
 pengaliran  dendritik.
 Secara
morfogenesa satuan
bentuklahan ini dipengaruhi oleh
tingat pengerosian ataupun
pelapukan dan endapan material lepas yang belum terkonsolidasi.


B. POLA PENGALIRAN DAERAH PENELITIAN

Pola pengaliran adalah rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada daerah
lemah tempat erosi mengambil bagian secara aktif serta daerah rendah
tempat air permukaan berkumpul (A.D.Howard, 1967). Pola aliran yang
berkembang pada
suatu
daerah akan dikontrol oleh litologi,
kelerengan, dan
struktur geologi.





Berdasarkan klasifikasi Howard, (1966), pada daerah telitian
terdapat tiga
pola pengaliran yang merupakan pola-pola
pengaliran dasar pola pengaliran
rectangular,
paralel, dan dendritik. Hal ini didasarkan
terhadap
kenampakan pola pengaliran yang terdapat pada didaerah penelitian, diantaranya
yaitu: pola pengaliran rectangular memiliki kenampakan aliran
cabang anak sungai hampir relatif tegak lurus terhadap sungai induk utama. Pola pengaliran
paralel memiliki kenampakan bentuk aliran sungai menyerupai cabang-cabang
pohon yang seragam, sedangkan pola pengaliran dendritik relatif juga menyerupai
cabang-cabang
pohon tetapi tidak seragam dan berada pada elevasi yang
relatif lebih rendah.


Secara genetik pembentukan stadia erosi dipengaruhi oleh faktor iklim, relief (kelerengan), sifat resistensi batuan, struktur geologi, siklus fluviatil, serta
proses denudasional yang berlangsung. Perubahan tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan topografi yang akhirnya membentuk
topografi seperti
sekarang. Proses pengerosian pada daerah penelitian diinterpretasikan
lemah sampai besar,
hal
i
ni dibuktikan dengan ditandainya perbukitan pada daerah penelitian relatif
tidak
terjal dengan elevasi yang
< 150 mdpl, serta bentukan
lembah   ata sunga pada   daera penelitia yang   tela berbentuk   U. Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa stadia daerah
penelitian adalah stadia tua.


C. STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN 


Berdasarkan pengumpulan data berupa interpretasi awal, data penelitian terdahulu, data lapangan dan analisis
laboratorium, maka dihasilkan kolom stratigrafi daerah penelitian berdasarkan urut - urutan satuan batuan yang memiliki
umur tua hingga yang muda.


Dasar penamaan tiap - tiap satuan batuan pada daerah penelitian mengacu kepada Sandi Satratigrafi Indonesia (SSI), 1996 dengan
penamaan
satuan
tidak resmi yang
ditentukan berdasarkan ciri - ciri litologi yang dominan. Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan dan analisis yang
telah dilakukan di laboratorium, stratigrafi daerah penelitian
dibagi menjadi 6 satuan litostratigrafi
tak tersmi, dan 2 litodem dengan
urut-urutan
batuan
tua ke muda sebagai berikut:


1.   Satuan batuan breksi-vulkanik Halang





2.   Satuan batuan batupasir Halang





3.   Satuan batuan lava-andesit Kumbang





4.   Intrusi andesit





5.   Satuan batuan breksi-vulkanik Tapak





6.   Satuan batuan batupasir Tapak





7.   Satuan batuan batugamping Tapak





































8.   endapan 


1.    
Satuan batuan breksi-vulkanik Halang


a.    
Ciri-ciri Litologi








Ciri litologi satuan
ini
berdasarkan kenampakan
di lapangan,
memiliki ciri berwarna fresh: abu-abu gelap, lapuk:
coklat-kehitaman, struktur: masif, tekstur:
ukuran butir; kerakal – bongkah (4 - >256mm), derajat pemilahan; terpilah buruk,
derajat pembundaran; menyudut (angular), kemas; terbuka, dengan komposisi mineral: fragmen; andesit, lempung, matriks; pasir sedang kerikil
(Foto 4.7). Secara kenampakan lapangan, satuan ini belum
mengalami ubahan
(alteration).


b.    
Peyebaran Litologi


Satuan ini menempati ± 5% dari total keseluruhan luasan daerah penelitian dan
relatif berada pada bagian Timurlaut daerah penelitian. Satuan ini didominasi
dengan jenis
breksi polimik, tetapi dibeberapa tempat dijumpai dalam kondisi
berjenis monomik. Adapun penyebaran litologi satuan ini pada daerah penelitian,
yaitu berada pada lokasi pengamatan: 79, 139,
dan 140.


c.    
Lingkungan Pengendapan


Berdasarkan ciri litologi pada satuan breksi-vulkanik Halang ini yang dijumpai di lapangan yaitu berupa keseragaman butir yang
tidak
seragam, serta ukuran
butir
yang relatif berukuran pasir kerakal
bongkah (4 - >256mm), serta dari perbandingan antara komposisi fragmen < matriks, mengidentifikasikan pengendapan satuan ini pada kondisi arus yang relatif lemah - sedang, dan terbentuk pada lingkungan
pengedapan darat transisi.


d.     
Umur
dan Stratigrafi


Satuan
ini
me
miliki umur
berkisar
Awal Miosen
Tengah Akhir Miosen Tengah
(M. Djuri and H.
Samodra., 1996 dalam lembar peta geologi Purwokerto skala 1: 100.000), dan memiliki hubungan stratigrafi beda fasies menjari terhadap
satuan batupasir
Halang.


2.    
Satuan batuan batupasir Halang


a.    
Ciri-ciri Litologi




















Ciri litologi satuan ini berdasarkan kenampakan di lapangan (Foto 4.9 dan Foto 4.11),
memiliki ciri berwarna fresh:
abu-abu, lapuk:
abu-abu kecoklatan, struktur:
perlapisan dan masif, tekstur:
ukuran butir; lempung kerikil (>256 4mm), derajat pemilahan; terpilah baik, derajat pembundaran; membundar (rounded), kemas; tertutup, dengan komposisi mineral: fragmen; kuarsa, hornblend, matriks; lempung – pasir
halus,
semen; silika dan karbonat.


Pada
kenampakan lapangan dibeberapa lokasi pengamatan, satuan ini telah
terubah atau mengalami ubahan (alteration) dengan intensitas lemah kuat,
ditandai dengan penjumpaan
mineral-mineral hasil ubahan pada tubuh
batuan samping seperti: klorit, kaolinit, serta mineral-mineral sulfida yang biasanya
dijumpai pada tubuh urat-urat seperti pirit.


b.    
Peyebaran Litologi








Satuan
ini
menempati ± 40% dari total keseluruhan luasan
daerah penelitian dan
relatif berada menyebar pada daerah
penelitian. Satuan ini tersusun atas jenis
litologi batuan batupasir
silika dan
karbonat. Adapun penyebaran litologi satuan
ini
pada daerah penelitian, yaitu berada pada hampir pada keseluruhan
lokasi pengamatan
di daerah penelitian.


c.    
Lingkungan Pengendapan


Berdasarkan ciri litologi pada satuan batupasir Halang ini yang
dijumpai di
lapangan
yaitu berupa batupasiran dan batulempungan dengan keseragaman butir yang relatif seragam secara menyeluruh, serta ukuran butir yang relatif berukuran
lempung – kerikil (>256
4mm), serta dari perbandingan antara komposisi fragmen < matriks dan semen, mengidentifikasikan pengendapan satuan
ini
pada kondisi  arus  yantenang hingga  menengah,  daterbentuk  pada
 lingkungan pengedapan transisi
bathial (455
m 627,9 m), ditandai dengan dijumpainya
dibeberapa lokasi pengamatan memiliki jenis semen
bersifat karbonatan. Hasil
analisis foraminifera bentos didapatkan fosil antara lain: Hyperammina elongate, dan
Reophax spiculifer.


d.    
Umur
dan Stratigrafi


Satuan ini memiliki umur berkisar Awal Miosen Akhir
– Akhir Miosen Akhir (Kustowo and N. Suwarna., 1996 dalam lembar peta geologi
Majenang skala 1: 100.000),  dengan  lingkungan 
pengendapan  dilaut  dan 
memiliki  hubungan stratigrafi
beda fasies menjari terhadap satuan batupasir Halang.


Hasil analisis paleontologi didapatkan perkiraan
umur relatif satuan batupasir Halang ini Miosen Akhir – Pliosen awal (N 16 – N
19), dengan fosil indeks antara lain: Orb.
Universa, Gs. Immaturus.


3.    
Satuan lava-andesit Kumbang


a.    
Ciri-ciri Litologi
























Ciri  litologi  satuan ini
 berdasarkan  kenampakan di lapangan  (Foto  4.1
2), memiliki ciri berwarna fresh:
abu-abu, lapuk:
abu-abu coklat, struktur: skoria, tekstur:
derajat kristaliasi; hipokristalin, derajat granularitas; fanerik halus -
sedang, bentuk kristal; euhedral, relasi; inquigranular, dengan komposisi mineral: plagioklas,  hornblend,  kuarsapiroksen, dan  K feldspar.


b.    
Peyebaran Litologi


Satuan
ini
menempati ± 12% dari total keseluruhan
luasan daerah
penelitian
dan relatif berada pada bagian
Baratdaya daerah
penelitian.
Satuan ini tersusun atas jenis litologi lava andesit (Kustowo
and N. Suwarna., 1996) dan breksi
vulkanik.
Adapun
penyebaran
litologi satuan
ini pada daerah penelitian, yaitu berada pada lokasi pengamatan: 33.\


c.     Lingkungan
Pengendapan


Berdasarkan ciri litologi pada satuan
lava-andesit Kumbang ini yang dijumpai
di lapangan yaitu struktur skoria (lubang-lubang gas) yang
banyak ditemukan pada tubuh
litologi batuan serta kenampakan seperti membantal (pillow), mengasumsikan bahwa pengendapan lava andesit ini terbentuk didalam laut
dangkal sehingga meyebabkan
banyaknya skoria pada tubuh satuan
ini
dikarenakan
tekanan
yang berasal dari fluida dalam kategori kecil.


d.     
Umur
dan Stratigrafi


Satuan ini memiliki umur berkisar Awal Miosen Tengah Akhir Miosen Akhir (Kustowo and N. Suwarna., 1996 dalam lembar peta geologi Majenang skala 1:100.000), dengan lingkungan pengendapan dilaut dangkal dan memiliki hubungan
stratigrafi beda fasies menjari terhadap satuan batupasir Halang dan tidak selaras (nonconformity) terhadap
satuan diatasnya yaitu satuan
batupasir Tapak.


4.    
Satuan batuan intrusi andesit


a.    
Ciri-ciri Litologi


























Ciri  litologi
 intrusi ini
 berdasarkan  kenampakan di lapangan  (Foto  4.1
4), memiliki ciri berwarna fresh:
abu-abu, lapuk:
abu-abu coklat kehitaman,
struktur: masif, tekstur:
derajat kristaliasi; hipokristalin, derajat granularitas; fanerik halus - sedang, bentuk kristal; euhedral, relasi; inquigranular, dengan
komposisi
 mineral: plagioklas,
 hornblend,
 piroksen,  kuarsa,
 dan  
feldspar. Secara umum,
tubuh intrusi ini telah
mengalami ubahan akibat proses alterasi
(alteration procces) pada tubuh intrusi ini sendiri dengan intensitas sedang kuat.


b.    
Peyebaran Litologi


Intrusi ini menempati ± 3% dari total keseluruhan luasan daerah penelitian dan relatif berada pada bagian tengah dan daerah penelitian. Adapun penyebaran litologi satuan ini pada daerah penelitian, yaitu berada pada lokasi pengamatan
145.


c.    
Umur
dan Stratigrafi


Intrus ini memiliki
umur perkiraan adalah Awal Miosen Akhir  – Akhir
Miosen
Akhir
(M.
Djuri and H. Samodra.,
1996 dalam lembar peta geologi Purwokerto skala 1: 100.000).


5.    
Satuan batuan breksi
andesit
Tapak


a.    
Ciri-ciri Litologi














Ciri  litologi
 satuan ini  berdasarkan  kenampakan di lapangan
 (Fot
4.1
5), memiliki ciri berwarna fresh: abu-abu gelap, lapuk:
coklat kehitaman, struktur: masif, tekstur: ukuran butir; kerakal
bongkah (4 - >256mm), derajat pemilahan; terpilah buruk,
derajat pembundaran;
menyudut (angular)
,kemas; terbuka, dengan komposisi mineral: fragmen;
andesit,
basallempungmatriks;
 pasir sedang
kerikil, semen; silika. Secara
kenampakan lapangan, satuan ini belum mengalami ubahan
(alteration).


b.    
Peyebaran Litologi


Satuan ini menempati ± 6% dari total keseluruhan luasan daerah penelitian dan relatif
berada pada bagian
Timur dan Tenggara daerah penelitian.
Satuan
ini
tersusun atas jenis breksi
polimik, tetapi dibeberapa tempat dijumpai dalam kondisi berjenis monomik. Adapun penyebaran litologi satuan ini pada daerah
penelitian, yaitu berada pada lokasi pengamatan:
36, 37, 60, 20, 62, 17, 14, 130,
dan 131.


c.     
Lingkungan Pengendapan


Berdasarkan ciri litologi pada satuan
breksi-vulkanik
Tapak
ini yang dijumpai
di lapangan yaitu berupa keseragaman butir yang tidak seragam, serta ukuran butir yang
relatif berukuran pasir kerakal
bongkah (4 - >256mm), serta dari perbandingan antara komposisi fragmen < matriks, mengidentifikasikan
pengendapan satuan ini pada kondisi arus yang relatif sedang - kuat, dan terbentuk pada lingkungan
pengedapan darat.


d.    
Umur
dan Stratigrafi


Satuan
ini memiliki umur berkisar
Awal Pliosen
Awal
Tengah Pliosen Awal
(M.
Djuri and H. Samodra.,
1996 dalam lembar peta geologi Purwokerto skala 1:
100.000), dengan lingkungan pengendapan dilaut dangkal dan memiliki hubungan
stratigrafi beda fasies
menjari terhadap satuan batupasir Tapak serta pada satuan yang
lebih tua (Halang), memiliki hubungan selaras terhadap satuan batupasir Halang.


6.    
Satuan batuan batupasir Tapak


a.    
Ciri-ciri Litologi




















Ciri  litologi  satuan ini
 berdasarkan  kenampakan di lapangan  (Foto  4.1
7), memiliki ciri berwarna fresh:
hijau keabuan, lapuk:
abu-abu - coklat, struktur:
masif dan
perlapisan
dan masif,
tekstur: ukuran
butir; pasir
sedang
kerakal (1–4mm), derajat pemilahan; terpilah buruk, derajat pembundaran; membundar
tanggung -
membundar (sub rounded - rounded), kemas; terbuka, dengan komposisi mineral: fragmen; andesit, kuarsa, lempung, matriks; pasir halus -
sedang, semen; silika dan karbonat. Secara umum pada daerah penelitian, satuan
ini
belum mengalami ubahan
(alteration).


b.    
Peyebaran Litologi





Satuan
ini
menempati ± 19% dari total keseluruhan luasan
daerah penelitian dan
relatif berada pada bagian
Timur
dan
B
aratdaya daerah
penelitian. Satuan
ini
tersusun atas jenis litologi batuan batupasir silika dan karbonat. Adapun penyebaran litologi satuan ini pada daerah penelitian, yaitu berada pada lokasi
pengamatan:
156, 157, 30, 29, 71, 72, 73, 74,
dan 75.


c.     
Lingkungan Pengendapan





Berdasarkan ciri litologi pada satuan batupasir Tapak
ini
yang dijumpai di
lapangan yaitu berupa batupasir kasar
breksi dengan keseragaman butir yang
tidak
seragam secara menyeluruh, serta ukuran butir yang relatif
berukuran pasir sedang – kerakal (1
4mm),
serta dari perbandingan antara komposisi fragmen <
matriks dan semen, mengidentifikasikan pengendapan satuan ini pada kondisi
arus yang
tenang hingga menengah, dan terbentuk pada lingkungan pengedapandarat - transisi, ditandai dengan dijumpainya dibeberapa lokasi
pengamatan memiliki jenis semen bersifat karbonatan.


d.     Umur dan
Stratigrafi


Satuan ini memiliki umur berkisar Awal Pliosen Awal Akhir Pliosen Awal (M. Djuri and H.
Samodra., 1996 dalam lembar peta geologi Purwokerto skala 1:
100.000), dengan lingkungan pengendapan dilaut dangkal dan memiliki hubungan
stratigrafi beda fasies menjari terhadap
satuan breksi-vulkanik Tapak (bagian
bawah) dan satuan batugamping Tapak (bagian atas), serta pada satuan yang lebih
tua
(Halang), memiliki hubungan selaras terhadap satuan batupasir Halang, tetapi tidak selaras (nonconformity) terhadap satuan
lava-andesit Kumbang.


7.    
Satuan batuan batugamping Tapak


a.    
Ciri-ciri Litologi



































Ciri litologi satuan ini berdasarkan kenampakan di lapangan, memiliki ciri berwarna fresh: abu-abu, lapuk: abu-abu kecoklatan - coklat, struktur: masif,
tekstur: ukuran butir; arenit (0,5 1 mm), derajat pemilahan; terpilah baik, derajat pembundaran; membundar
(rounded),
kemas; tertutup,
dengan komposisi mineral: allochem; bioclast, mikrit; kalsit, sparit; mud clay. Secara umum pada daerah penelitian,
satuan ini telah terubah
(Foto 4.19).


a.    
Peyebaran Litologi


Satuan
ini
menempati ±
10% dari total keseluruhan luasan
daerah penelitian dan relatif berada pada bagian Timur
daerah penelitian. Satuan
ini
tersusun atas
jenis litologi batuan batugamping klastik dan batugamping
terumbu.Adapun
penyebaran
litologi satuan
ini
pada daerah penelitian,
yaitu
berada pada lokasi pengamatan: 27, 39, 53, 54, 101, 102, 103, 104, 105, 106, dan 107.


b.    
Lingkungan Pengendapan


Berdasarkan ciri litologi pada satuan gamping
Tapak
ini
yang dijumpai di
lapangan yaitu berupa batugamping
klastik berbutir serta terumbu, mengasumsikan lingkungan pengendapan
satuan ini adalah dilaut tepatnya zona
neritik
(20 – 200 meter)
.


c.     
Umur
dan Stratigrafi


Satuan ini memiliki umur berkisar Tengah Pliosen Awal Akhir Pliosen Awal (M. Djuri and H.
Samodra., 1996 dalam lembar peta geologi Purwokerto skala 1:
100.000), dengan lingkungan pengendapan dilaut dangkal dan memiliki hubungan
stratigrafi beda fasies menjari terhadap satuan batupasir Tapak dan tidak selaras terhadap endapan aluvial diatasnya (disconformity).


8.    
Endapan
aluvial


















Endapan ini menempati ± 5% dari total keseluruhan luasan daerah penelitian
(Foto 4.
21) dan relatif
berada pada bagian
Tenggara daerah
penelitian. Endapan ini tersusun atas material-material lepas yang berasal dari proses pelapukan batuan
asal yang
ada, dan belum terkonsolidasi.
Meterial endapan ini memiliki ukuran
dari
l
empung – bongkah.


a.    
Umur
dan Stratigrafi






Endapan ini memiliki umur Kuarter (M. Djuri and H. Samodra., 1996 dalam lembar peta geologi Purwokerto skala 1: 100.000),
memiliki hubungan
stratigrafi tidak selaras terhadap dibawahnya yang lebih tua.






Silahkan download filenya
dibawah ini sebagai acuan, bahan bacaan dan lainnya


1.    Full Draft