Tinjauan Pustaka Mineral dan Batuan



Mineral dan Batuan




3.1. Mineral


3.1.1. Definisi dan Klasifikasi Mineral


Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat
anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi
dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti
suatu pola yang sistimatis. Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar
kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada
dasar sungai. Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis
karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk
ditambang seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki
sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan
yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi
oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur
yang dikenal sebagai “kristal”. Dengan demikian, kristal secara umum dapat
di-definisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal
susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat,
bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan
kristalografi.




Pengetahuan tentang “mineral” merupakan syarat mutlak
untuk dapat mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari
batuan. Bagian luar yang padat dari Bumi ini disebut litosfir, yang berarti
selaput yang terdiri dari batuan, dengan mengambil “lithos” dari bahasa latin
yang berarti batu, dan “sphere” yang berarti selaput. Tidak kurang dari 2000
jenis mineral yang kita ketahui sekarang. Beberapa daripadanya merupakan benda
padat dengan ikatan unsur yang sederhana. Contohnya adalah mineral intan yang
hanya terdiri dari satu jenis unsur saja yaitu “Karbon”. Garam dapur yang
disebut mineral halit, terdiri dari senyawa dua unsur “Natrium” dan “Chlorit”
dengan simbol NaCl. Setiap mineral mempunyai susunan unsur-unsur yang tetap
dengan perbandingan tertentu. Studi yang mempelajari segala sesuatunya tentang
mineral disebut “Mineralogi”, didalamnya juga mencakup pengetahuan tentang
“Kristal”, yang merupakan unsur utama dalam susunan mineral. Pengetahuan dan
pengenalan mineral secara benar sebaiknya dikuasai terlebih dahulu sebelum
mempelajari dasar-dasar geologi atau “Geologi Fisik”, dimana batuan, yang
terdiri dari mineral, merupakan topik utama yang akan dibahas. Diatas telah
dijelaskan bahwa salah satu syarat utama untuk dapat mengenal jenis-jenis
batuan sebagai bahan yang membentuk litosfir ini, adalah dengan cara mengenal
mineral-mineral yang membentuk batuan tersebut. Dengan anggapan bahwa pengguna
buku ini telah mengenal dan memahami “mineralogi”, maka untuk selanjutnya akan
diulas secara garis besar tentang mineral sebagai penyegaran saja.










3.1.2. Sifat Fisik Mineral


Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral,
yang pertama adalah dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam
sifat fisik mineral adalah (1) bentuk kristalnya, (2) berat jenis, (3) bidang
belah, (4) warna, (5) kekerasan, (6) goresan, dan (7) kilap. Adapun cara yang
kedua adalah melalui analisa kimiawi atau analisa difraksi sinar X, cara ini
pada umumnya sangat mahal dan memakan waktu yang lama.
Berikut ini adalah sifat-sifat fisik mineral yang dapat dipakai untuk mengenal
mineral secara cepat, yaitu:


1.     Bentuk kristal (crystall form): Apabila
suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang
tanpa mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas.
Tetapi apabila dalam perkembangannya ia mendapat hambatan, maka bentuk
kristalnya juga akan terganggu. Setiap mineral akan mempunyai sifat bentuk
kristalnya yang khas, yang merupakan perwujudan kenampakan luar, yang terjadi
sebagai akibat dari susunan kristalnya didalam. Untuk dapat memberikan gambaran
bagaimana suatu bahan padat yang terdiri dari mineral dengan bentuk kristalnya
yang khas dapat terjadi, kita contohkan suatu cairan panas yang terdiri dari
unsur-unsur Natrium dan Chlorit. Selama suhunya tetap dalam keadaan tinggi,
maka ion-ion tetap akan bergerak bebas dan tidak terikat satu dengan lainnya.
Namun begitu suhu cairan tersebut turun, maka kebebasan bergeraknya akan
berkurang dan hilang, selanjutnya mereka mulai terikat dan berkelompok untuk
membentuk persenyawaan “Natrium Chlorida”. Dengan semakin menurunnya suhu serta
cairan mulai mendingin, kelompok tersebut semakin tumbuh membesar dan membentuk
mineral “Halit” yang padat.


Mineral “kuarsa”, dapat kita jumpai hampir disemua
batuan, namun umumnya pertumbuhannya terbatas. Meskipun demikian, bentuknya
yang tidak teratur tersebut masih tetap dapat memperlihatkan susunan ion-ionnya
yang ditentukan oleh struktur kristalnya yang khas, yaitu bentuknya yang berupa
prisma bersisi enam. Tidak perduli apakah ukurannya sangat kecil atau besar
karena pertumbuhannya yang sempurna, bagian dari prisma segi enam dan besarnya
sudut antara bidang-bidangnya akan tetap dapat dikenali. Kristal mineral intan,
dapat dikenali dari bentuknya yang segi-delapan atau “oktahedron” dan mineral
grafit dengan segi-enamnya yang pipih, meskipun keduanya mempunyai susunan
kimiawi yang sama, yaiut keduanya terdiri dari unsur Karbon (C). Perbedaan
bentuk kristal tersebut terjadi karena susunan atom karbonnya yang berbeda.
Pada gambar 3-1 diperlihatkan bentuk bentuk kristal


Isometrik” dan ”Non-Isometrik”.






Gambar 3-1 Bentuk kristal Isometrik dan
Non-Isometrik


Kristal mineral intan, dapat dikenali dari bentuknya yang
segi-delapan atau “oktahedron” dan mineral grafit dengan segi-enamnya yang
pipih, meskipun keduanya mempunyai susunan kimiawi yang sama, yaiut keduanya
terdiri dari unsur Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal tersebut terjadi karena
susunan atom karbonnya yang berbeda.


2.   Berat
jenis (specific gravity)
: Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu.
Besarnya ditentukan oleh unsur-unsur
pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan
kristalnya. Umumnya “mineral-mineral pembentuk batuan”, mempunyai
berat jenis sekitar 2.7, meskipun berat jenis rata-rata unsur metal didalamnya
berkisar antara 5. Emas murni umpamanya, mempunyai berat jenis 19.3.


3.     Bidang belah (fracture): Mineral
mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh
susunan dalam dari atom-atomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut
merupakan bidang “lemah” yang dimiliki oleh suatu mineral.


4.     Warna (color): Warna
mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling
tidak ada warna-warna yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya
unsur tertentu didalamnya. Sebagai contoh warna gelap dipunyai mineral,
mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral dengan warna
terang, diindikasikan banyak mengandung aluminium.


5.    
Kekerasan
(hardness):
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat
mineral adalah dengan mengetahui
kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral
terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive)
atau mudah tergores (scratching). Kekerasan
suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua mineral saling digoreskan
satu dengan lainnya, maka mineral yang tergores adalah mineral yang relatif
lebih lunak dibandingkan dengan mineral lawannya. Skala kekerasan mineral mulai
dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs
dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.


Tabel
3-1


Skala
Kekerasan Relatif Mineral (Mohs)










6.  Goresan pada bidang (streak): Beberapa
jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya,
seperti pada mineral kuarsa dan pyrit, yang sangat jelas dan khas.


7.  Kilap (luster): Kilap
adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu mineral. Kilap pada mineral ada
2 (dua) jenis, yaitu Kilap Logam dan Kilap Non-Logam. Kilap Non-logam antara
lain, yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera, kelap resin, dan kilap
tanah.










3.1.3. Sifat Kimiawi Mineral


Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat
dikelompokkan menjadi mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8
(delapan) kelompok mineral Non-silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat,
Native elemen, Halid, Karbonat, Hidroksida, dan Phospat (lihat tabel 3-3).
Adapun mineral silikat (mengandung unsur SiO) yang umum dijumpai dalam batuan
adalah seperti terlihat pada tabel 3-2. Di depan telah dikemukakan bahwa tidak
kurang dari 2000 jenis mineral yang dikenal hingga sekarang. Namun ternyata
hanya beberapa jenis saja yang terlibat dalam pembentukan batuan.
Mineral-mineral tersebut dinamakan “Mineral pembentuk batuan”, atau
“Rock-forming minerals”, yang merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan
mantel Bumi. Mineral pembentuk batuan dikelompokan menjadi
empat: (1) Silikat, (2) Oksida, (3) Sulfida dan (4) Karbonat dan Sulfat.


1.     Mineral Silikat


Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok
ini, yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa
unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat
kerak-Bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi
(sampai kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang
membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan. Silikat
pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
ferromagnesium dan non-ferromagnesium. Berikut adalah Mineral Silikat: 1. Kuarsa ( SiO2); 2. Felspar Alkali (KalSi
3O8); 3. Felspar Plagiklas (Ca,Na)AlSi3O8); 4. Mika Muskovit (K2Al4(Si6Al2O10)(OH,F); 5. Mika Biotit K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH) ; 6. Amfibol (Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH);
7. Pyroksen
(Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si
2O6 ; 8. Olivin (Mg,Fe)2SiO4 .
Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah
mineral ferromagnesium.


Tabel
3-2 Kelompok Mineral Silikat




2.   Mineral ferromagnesium:


Umumnya
mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar.


A.   
Olivine:
dikenal karena warnanya yang “olive”. Berat jenis berkisar antara 3.27 – 3.37, tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang
sempurna.


B.   
Augite:
warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar antara 3.2
3.4 dengan bidang belah yang
berpotongan hampir tegak lurus. Bidang belah ini sangat penting untuk
membedakannya dengan mineral hornblende.


C.   
Hornblende:
warnanya hijau hingga hitam; BD. 3.2 dan mempunyai bidang belah yang berpotongan dengan sudut kira-kira 56

dan 124

yang sangat membantu dalam cara mengenalnya.


D.   
Biotite:
adalah mineral “mika” bentuknya pipih yang dengan mudah dapat dikelupas. Dalam keadaan tebal, warnanya hijau
tua hingga coklat-hitam; BD 2.8 – 3.2.


3.   Mineral non-ferromagnesium.


A.    Muskovit: Disebut mika putih karena
warnanya yang terang, kuning muda, coklat , hijau atau merah. BD. berkisar antara 2.8 – 3.1.


B.    Felspar: Merupakan mineral
pembentuk batuan yang paling banyak . Namanya juga mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap lapangan.
“Feld” dalam bahasa Jerman adalah lapangan (Field). Jumlahnya didalam kerak
Bumi hampir 54 %. Nama-nama yang diberikan kepada felspar adalah “plagioklas”
dan “orthoklas”. Plagioklas kemudian juga dapat dibagi dua, “albit” dan
“anorthit”. Orthoklas adalah yang mengandung Kalium, albit mengandung Natrium
dan Anorthit mengandung Kalsium.


C.    Orthoklas: mempunyai warna yang khas
yakni putih abu-abu atau merah jambu. BD.
2.57.


D.    Kuarsa: Kadang disebut “silika”.
Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul
dengan warna seperti asap atau “smooky”, disebut juga “smooky quartz”. Kadang-kadang
juga dengan warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian
disebut “amethyst”, merah massip atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna
yang bermacam-macam ini disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak
bersih.




Gambar 3-2 Kelompok Mineral Silikat









Tabel
3-3 Kelompok Mineral Non-Silikat







4.    Mineral oksida. Terbentuk
sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana
dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya
kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling
utama dalam oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah dan aluminium. Beberapa
mineral oksida yang paling umum adalah “es” (H
2O),
korondum (Al
2O3), hematit (Fe2O3)
dan kassiterit (SnO
2).


5.    Mineral Sulfida. Merupakan
mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal,
seng dan merkuri. Beberapa dari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang
mempunyai nilai ekonomis, atau bijih, seperti “pirit” (FeS
3),
“chalcocite”  (Cu
2S),
“galena” (PbS), dan “sphalerit” (ZnS).


6.    Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat. Merupakan
persenyawaan dengan ion (CO
3)2-,
dan disebut “karbonat”, umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO
3
dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen.


Gambar
3-3 adalah kelompok dari mineral-mineral non-silikat, yaitu: 1. Mineral
Golongan Oksida; Mineral Golongan Sulfida; 3. Mineral Golongan Sulfat; 4.
Mineral Golongan Native; 5. Mineral Golongan Halida; 6. Mineral Golongan
Karbonat; 7. Mineral Golongan Hidroksida; dan 8. Mineral Golongan Fosfat.
 














 


Gambar
3-3
   Kelompok
Mineral Non Silikat


Pada gambar 3-4 diperlihatkan mineral-mineral
yang umum dijumpai pada batuan beku, yaitu plagioclase feldspar, K-feldspar, quartz, muscovite mica, biotite mica, amphibole, olivine, pyroxene dan calcite. Mineral mineral tersebut mudah dikenali, baik secara
megaskopis maupun mikroskopis berdasarkan dari sifat sifat fisik mineral
masing-masing. Adapun ciri dari mineral mineral tersebut dapat dilihat pada
gambar dibawah.




Gambar 3-4     Berbagai
jenis mineral yang umum dijumpai sebagai penyusun batuan: Olivine, Pyroxene,
Hornblende, Biotite, Plagioklas, Orthoklas, Mika (Muskovite), Kuarsa, dan
Kalsit





Olivine
(Mg,Fe)2SiO4




Olivine
adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan
magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk
pada temperatur yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt
dan ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine
dikenal dengan batuan Dunite.


Pyroxene
(Mg,Fe)SiO3




Pyroxene
adalah kelompok mineral silikat yang dari unsur besi (Fe) dan magnesium (Mg).
Mineral pyroxene umumnya berwarna sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar
antara 3.2-3.4 dengan bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus. Bidang
belah ini sangat penting untuk membedakannya dengan mineral hornblende


Amphibole/Hornblende
Ca2(Mg,Fe)4Al(Si7Al)O22(OH,F)2




Amphibole
adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang
menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium
(Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O).
Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini
banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.


Biotite K(Mg,Fe)3Si3O10(OH)2




Semua
mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai buku dan
merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotite. Mineral biotite
umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite berwarna terang,
abu-abu terang. Mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak dan bisa digores
dengan kuku.


Plagioclase
feldspar (Ca,Na)AlSi3O8




Mineral
Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini
mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik,
umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung
Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut
An-orthite.








 Potassium
feldspar (K Al Si3 O8 )




Potassium
feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya plagioclase
feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya
prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga putih.








Mica
K(Mg,Fe)3Si3O10(OH)2




Micas
adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang bervariasi, dari
potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan air
(H2O).














Quartz
(Si O2)




Quartz
adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada kerak bumi.
Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih,
kilap kaca dan belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.











 3 . 2. Batuan



Pengetahuan atau Ilmu Geologi didasarkan
kepada studi terhadap batuan. Diawali dengan mengetahui bagaimana batuan itu
terbentuk, terubah, kemudian bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati
bagian dari pegunungan, dataran-dataran di benua hingga didalam cekungan
dibawah permukaan laut. Kemanapun anda menoleh, maka anda selalu akan bertemu
dengan benda yang dinamakan batu atau batuan. Sebut saja kerakal di halaman
rumah, kemudian di jalan yang landasannya atau bagian tepinya dibuat dari batu.
Di dasar atau tebing sungai, bahkan menengok bagian dari rumah anda mungkin
sebagian besar terbuat dari batu. Batu atau batuan yang anda lihat dimana-mana
itu, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga banyak yang berbeda. Tidak
mengherankan apabila batuan merupakan bagian utama dari Bumi kita ini.


Berdasarkan persamaan dan perbedaan tadi,
maka kita berupaya untuk mengelompokannya. Dari hasil pengamatan terhadap
jenis-jenis batuan tersebut, kita dapat mengelompokkannya menjadi tiga kelompok
besar, yaitu (1) batuan beku, (2) batuan sedimen, dan (3) batuan malihan atau
metamorfis. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli Geologi
terhadap batuan, menyimpulkan bahwa antara ketiga kelompok tersebut terdapat
hubungan yang erat satu dengan lainnya, dan batuan beku dianggap sebagai “nenek
moyang” dari batuan lainnya. Dari sejarah pembentukan Bumi, diperoleh gambaran
bahwa pada awalnya seluruh bagian luar dari Bumi ini terdiri dari batuan beku.
Dengan perjalanan waktu serta perubahan keadaan, maka terjadilah
perubahan-perubahan yang disertai dengan pembentukan kelompok-kelompok batuan
yang lainnya. Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke kelompok lainnya,
merupakan suatu siklus yang dinamakan “daur batuan.


Pada gambar 3-5 diperlihatkan bagaimana perjalanan daur
tersebut. Melalui daur batuan ini, juga dapat diruntut proses-proses geologi
yang bekerja dan mengubah kelompok batuan yang satu ke lainnya. Konsep daur
batuan ini merupakan landasan utama dari Geologi Fisik yang diutarakan oleh
JAMES HUTTON. Dalam daur tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari
pendinginan dan pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat,
akan diikuti oleh proses penghabluran yang dapat berlangsung dibawah atau
diatas permukaan Bumi melalui erupsi gunung berapi.


Kelompok batuan beku tersebut, apabila
kemudian tersingkap dipermukaan, maka ia akan bersentuhan dengan atmosfir dan
hidrosfir, yang menyebabkan berlangsungnya proses pelapukan. Melalui proses ini
batuan akan mengalami penghancuran. Selanjutnya, batuan yang telah dihancurkan
ini akan dipindahkan/digerakkan dari tempatnya terkumpul oleh gayaberat, air
yang mengalir diatas dan dibawah permukaan, angin yang bertiup, gelombang
dipantai dan gletser dipegunungan-pegunungan yang tinggi. Media pengangkut
tersebut juga dikenal sebagai alat pengikis, yang dalam bekerjanya berupaya
untuk meratakan permukaan Bumi. Bahan-bahan yang diangkutnya baik itu berupa
fragmen-fragmen atau bahan yang larut, kemudian akan diendapkan ditempat-tempat
tertentu sebagai sedimen.


Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen
yang bersifat lepas, menjadi batuan yang keras, melalui pembebanan dan
perekatan oleh senyawa mineral dalam larutan, dan kemudian disebut batuan
sedimen. Apabila terhadap batuan sedimen ini terjadi peningkatan tekanan dan
suhu sebagai akibat dari penimbunan dan atau terlibat dalam proses pembentukan
pegunungan, maka batuan sedimen tersebut akan mengalami ubahan untuk
menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, dan terbentuk batuan malihan atau
batuan metamorfis. Apabila batuan metamorfis ini masih mengalami peningkatan
tekanan dan suhu, maka ia akan kembali leleh dan berubah menjadi magma.
Panah-panah dalam gambar, menunjukan bahwa jalannya siklus dapat terganggu
dengan adanya jalan-jalan pintas yang dapat ditempuh, seperti dari batuan beku
menjadi batuan metamorfis, atau batuan metamorfis menjadi sedimen tanpa melalui
pembentukan magma dan batuan beku. Batuan sedimen dilain pihak dapat kembali
menjadi sedimen akibat tersingkap ke permukaan dan mengalami proses pelapukan.




Gambar
3-5 Daur Batuan (Siklus Batuan)








 Sumber : Djauhari Noor, 2012, Pengantar Geologi. 






Silahkan download filenya dibawah ini sebagai acuan, bahan bacaan dan lainnya



Jika teman-teman masih bingung cara download silahkan klik link di bawah ini (CATATAN : LANGSUNG KE LANGKAH NO.7):